Ahlan wa Sahlan

*** Ya Akhi ya Ukhti... ****

Temukan Esensi Hidupmu !!!

Kamis, 22 Juli 2010

Makna Ramadhan

Ada sebuah buku yang berjudul "Madrasah Ruhaniah, berguru pada ilahi dibulan suci", di dalamnya terdapat bagian yang berjudul "makna batiniah hari-hari ramadhan". Dijelaskan bahwa tiap-tiap hari dibulan ramadhan ada maknanya, saya coba simpulkan makna-makna hari di bulan ramadhan ini, sebagai sharing buat temen-temen, semoga bermanfaat...

HARI 1 : "inilah bulan, ketika kamu diundang menjadi tamu Allah"

Marhaban Ya Ramadhan. Dalam kitab minhajd al-balaghah diriwayatkan khutbah Nabi Muhammad Saw. Menyambut bulan ramadhan. Seperti biasa,khutbah Nabi itu singkat tetapi menyentuh hati. Ditengah-tengah khutbah, Nabi melayani pertanyaan para sahabatnya. Khutbahnya dialogis, Rosulullah Saw menguraikan kata-kata yang sederhana, tetapi mengandung muatan makna yang dalam. Di bawah ini, khutbah yang dialogis dan memberikan catatan pada bagian-bagian yang sering dilupakan kaum Muslim.


"Wahai manusia! Sungguh telah datang kepada kalian bulan Allah yang membawa berkah, rahmat, dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam yang utama. Jam demi jamnya adalah jam yang paling utama. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah,amal-amalmu diterima, dan doa-doamu diijabah.

"Wahai manusia! Barang siapa diantara kamu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka disisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan ia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu."


(Sahabat-sahabat bertanya : "Ya Rosulullah! Tidak semua kami mampu berbuat demikian. "Rosulullah meneruskan") "jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air."

"wahai manusia! Siapa yang membaguskan akhlaknya pada bulan ini, ia akan berhasil melewati shirath pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (maksudnya, pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya dihari kiamat. Barang siapa menahan kejelekannya di bulan ini. Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

"Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakannya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa menyambungkan silaturahmi di bulan ini. Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.


"Barang siapa memperbanyak shalawat di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan yang lain ringan. Barang siapa di bulan ini membaca satu ayat al-Qur'an, sama nilainyadengan mengkhatam al-Qur'an pada bulan yang lain.

"Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar Ia tidak akan pernah menutupkannya lagi. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonkan kepada Tuhanmu agar Ia tidak pernah membukanya bagimu. Setan-setan terbelenggu, bermohonlah agar mereka tidak lagi menguasaimu."

'Ali bin Abi Thalib berkata: "Aku berdiri dan berkata : Ya Rosulullah, amal apa yang paling utama di bulan ini?"Nabi menjawab : "Ya Abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga dari apa yang diharamkan Allah".


Do'a hari 1 : "Ya Allah, jadikan puasa kami di bulan ini puasa mereka yang berpuasa sebenarnya. Dan ibadah malam kami termasuk ibadah mereka yang beribadah sebenarnya. Bangunkan kami dari tidurnya orang-orang yang lalai. Ampuni dosa-dosa kami, wahai Tuhan Semesta Alam. Maafkan segala kesalahan kami, Wahai Yang Mengampuni setiap hamba-Nya yang memohon ampunan.


Hari ke 2

“kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat.”

Menjaga diri. Pertanyaan Ali tentang amalan yang paling utama di bulan Ramadhan mengunci khutbah Nabi Saw. Inti dari puasa adalah al-wara’ (menjaga diri). Ketika Rosulullah Saw mendengar seorang wanita mencaci-maki budaknya, ia menyuruh orang mengambil makanan. Kepada perempuan itu, Nabi Saw. berkata “makanlah!” ia memprotes, “Saya puasa ya Rosulullah.” Nabi menjawab, “Bagaimana mungkin berpuasa, tetapi kamu mencaci-maki budakmu. Alangkah banyaknya yang lapar. Alangkah sedikitnya yang berpuasa.”

Nabi Saw menyindir perempuan itu yang hanya melaparkan perutnya saja, tetapi tidak berpuasa. Perempuan itu hanya jawwa tetapi tidak shawwam. “Betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga (al-hadits). Semua ini terjadi karena mereka menahan diri dari lapar dan dahaga, tetapi tidak menjaga diri dari apa-apa yang di haramkan Allah. Bayangkan betapa banyaknya kekayaan negara yang dapat diselamatkan di bulan Ramadhan, karena semua orang yang berpuasa menjaga dirinya dari melakukan korupsi dan penyalahgunaan wewenang. Perceraian akan berkurang di bulan ini, karena suami-istri menjaga dirinya untuk tidak saling menyakiti. Pertengkaran digantikan dengan persahabatan, karena semua warga masyarakat tidak mau melakukan hal-hal yang merugikan sesama. Angka kejahatan tentu saja akan menurun, karena setiap orang yang shaum menahan tangannya dan anggota badan lainnya dari perbuatan yang tercela.

Apa yang kita bayangkan dalam angan-angan ternyata tidak berwujud dalam kenyataan. Mengapa? Seperti kata Rosulullah, banyak sekali yang lapar tetapi sedikit sekali yang berpuasa. Ketika para ahli fiqih mendefinisikan puasa sebagai menahan diri dari makan, minum dan berjimak, sejak terbit fajar sampai tenggelam matahari, Nabi Saw menerangkan puasa sebagai menjaga diri dari segala yang diharamkan Allah. Para ahli fiqih bercerita tentang al-jawwa, Rosul yang mulia berkisah tentang al-shawwam. Kemuliaan bulan Ramadhan diberikan kepada al-shawwam.

Doa hari ke 2 : "Ya Allah, dekatkan kami di bulan ini pada keridhaan-Mu. Jauhkan kami di dalamnya dari kemurkaan dan kebencian-Mu. Bimbinglah kami dengan kasih-Mu untuk membaca ayat-ayat-Mu. Wahai Yang Maha Pengasih dari segala yang mengasihi."


Hari ke 3

“sungguh telah datang kepada kalian bulan Allah, dengan membawa berkah dan rahmat.”

Bulan berkah. Ramadhan adalah bulan yang menaburkan berkah. Berkah adalah kelebihan manfaat di atas manfaat yang biasa. Berkah adalah bonus. Bila Rp. 100.000,00 yang anda peroleh anda habiskan untuk berfoya-foya sendirian, uang anda tidak mengandung berkah. Bila dengan uang yang sama anda mengobati orang yang sakit, membayar utang orang yang berutang, memberi makan pada orang yang lapar, memberi pakaian pada orang telanjang, maka uang anda adalah yang penuh berkah. Bila air minum itu selain melepaskan dahaga juga menyembuhkan sakit anda, maka air minum itu mengandung berkah.

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah karena setiap alam yang kita lakukan dilipat gandakan pahalanya. Satu nilai fardlu di bulan Ramadhan dihargai sama dengan 70 fardhu di bulan yang lain. Membaca satu ayat al-qur’an di bulan ramadhan ini sama dengan mengkhatam al-quran di bulan yang lain. Bahkan seandainya orang itu hanya tidur di bulan ini, tidurnya dihitung sebagai ibadah. Seandainya ia hanya bernapas di bulan Ramadhan, napasnya dihitung tasbih.

Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Sebaliknya, sesuai dengan keadilan Ilahi, dosa yang dilakukan di bulan Ramadhan dilipatgandakan siksanya beberapa kali dosa yang dilakukan di bulan-bulan yang lain. Bahkan ketika anda berpuasa, tetapi anda tidak mampu menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah, anda kehilangan semua pahala, semua berkah.

Bulan Rahmat. Nabi Saw menyebut bulan ini bulan rahmat (kasih sayang), karena bulan ini kita menajamkan kembali rasa sayang kita. Kita dianjurkan menyayangi anak yatim, karena mereka adalah anak-anak yang telah kehilangan kasih sayang. Kita diperintahkan untuk mengasihi orang-orang muda, supaya mereka tidak mencari kasih sayang di tempat-tempat yang terlarang. Kita diimbau untuk menyantuni saudara-saudara kita yang lemah, fakir miskin, dan para pekerja yang berada di bawah tanggungan kita. Bulan Ramadhan adalah bulah solidaritas sosial. Di tengah-tengah masyarakat yang sudah gersang dengan rasa kasih, Ramadhan hadir untuk meniupkan rahmat.

Pada bulan inilah anak-anak menjalin kembali kasih sayang mereka dengan orang tua mereka, pegawai mempererat hubungan persaudaraan dengan atasan mereka, dan orang-orang miskin memadu ikatan kasih mereka dengan orang-orang kaya.

Do'a hari ke 3 : "Ya Allah, karuniakan kepada kami di bulan ini, pemahaman dan kecerdasan. Jauhkan kami dari kebodohan dan kejahilan. Anugerahkan pada kami bagian dari setiap kebaikan yang Engkau turunkan di bulan ini. Wahai Yang Maha Dermawan dari segala yang dermawan."


Hari ke 4 : “Inilah bulan maghfiroh, bulan yang paling mulia di sisi Allah.”

Bulan maghfiroh. Pada bulan ramadhan, Allah membukakan pintu taubat dan ampunan. Pada bulan inilah kita menemukan saat yang paling tepat, ketika kita tersungkur di hadapan Allah, merintih memohonkan ampunan-Nya. Punggung kita yang sudah sarat dengan dosa kita ringankan dengan memperpanjang sujud kita. Di sini kita membebaskan diri kita dari pasungan dosa dengan memperbanyak istighfar.

Karena itu, di antara wirid yang harus kita biasakan di bulan Ramadhan adalah istighfar : "Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan Maha Mulia. Ampunilah kami. Innaka ‘afuwwun karim, tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anna."

Bulan tuhan. Bulan ramadhan menjadi bulan yang agung karena disnisbatkan kepada Tuhan. Tuhan bukan hanya Wujud yang kepada-Nya kita haturkan persembahan dan kita mohonkan pertolongan. Dalam Al-qur’an, Tuhan adalah kampung halaman kita, tempat kembali kita. “Kepada Allah kamu semua kembali” (QS Al-Maidah : 48). Dalam bahasa Jalaluddin Rumi, sufi penyair dan penyair sufi, Tuhan adalah “rumpun bambu” kita, sedangkan kita adalah seruling bambu yang tercerabut dari rumpunnya penderitaan kita yang berkepanjangan karena mengejar keinginan kita sebetulnya hanyalah jeritan pilu karena kerinduan untuk kembali kepada-Nya. Manusia adalah “anggota keluarga Tuhan” yang dikeluarkan dari rumah-Nya untuk bermain-main di halaman dunia ini (sesungguhnya, kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan hiburan. (QS Al-An’am : 32).

Karena itu, Ka’bah disebut rumah Allah, karena kesanalah para jamaah haji berangkat, meninggalkan segala urusan dunia mereka. Ramadhan disebut bulan Tuhan karena pada bulan itulah kita pulang. Kita meninggalkan halaman permainan kita.

Selama kita asyik bermain, kita sibuk membeli “jajanan” yang bermacam-macam: kekayaan, kekuasaan, kemasyhuran, atau sebutlah apa saja yang Anda ingat. Kita lupa bahwa ada makna lain yang jauh lebih sehat dan lebih lezat. Pada bulan Ramadhan, Tuhan mempersiapkan jamuan-Nya dan Anda diundang untuk menjadi tamu-Nya.

Ramadhan memukuli kita dengan lapar dan dahaga, agar nanti kita tidak menderita di hari akhir. Kita dipaksa untuk memuntahkan jajanan kita, demi kesehatan dan keselamatan kita. Nabi bersabda, “Tidak akan masuk kerajaan langit orang yang memenuhi perutnya.” Tidak akan masuk Rumah Tuhan orang yang setiap harinya hanya memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiknya. Ular hawa nafsu sudah bersarang dalam dirimu; dan kamu tetap saja tidur lelap. Orang yang tidak sadar bawa ia tenggelam, tidak akan berusaha menggapai pegangan. Orang yang tidak tahu bahwa rumahnya terbakar, tidak akan berusaha menghubungi petugas kebakaran. Orang yang menderita gangguan psikologis tidak merasa sakit, dan karena itu tidak mencari dokter.

Doa hari ke 4 : “Ya Allah, berikan pada kami di bulan ini kekuatan untuk melaksanakan perintah-Mu. Biarkan kami merasakan nikmatnya berzikir kepada-Mu. Ilhamkan kepada kami untuk senantiasa dapat bersyukur kepada-Mu. Lindungi kami dengan penjagaan dan perlindungan-Mu. Wahai Yang Maha Melihat segala sesuatu.”


Hari ke 5 : “muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkan tali persaudaraanmu.”

Bulan Rekonsiliasi. Ramadhan adalah tali yang diulurkan Tuhan kepada orang yang tenggelam, air yang disemprotkan Tuhan pada rumah yang terbakar, dan dokter yang memberikan terapi keda penderta gangguan jiwa. Menurut Al-Qur’an, sumber segala derita manusia adalah kekalahannya melawan hawa nafsunya. Hawa nafsu itu, dalam konsep para sufi, adalah dimensi kebinatangan dalam diri kita. Pernakah anda melihat iklan salah satu pesawat telepon, yang menampilkan tokoh dunia dengan perilaku kekanak-kanakannya. Dalam diri setiap orang, ada jiwa kanak-kanak. Dalam diri setiap manusia, juga ada jiwa kebinatangannya. Di dalamnya, ada jiwa binatang buas, yang mengubah masyarakat menjadi pertarungan tanpa henti antara sesama serigala. Tidak jadi soal, apakah anda militer, politisi sipil, atau sekadar pejabat daerah dengan jiwa ini anda akan berusaha untuk menang dengan risiko apa pun. Anda tidak peduli lagi dengan jumlah korban dan besarnya kerusakan. Jika anda hanyalah orang kecil, dengan jiwa binatang buas ini, anda akan menumpahkan kemarahan dengan memberontak semua aturan, menolak semua kekuasaan, dan menentang setiap kompromi. Filsafat binatang buas dirumuskan oleh Lunatsarsky, ideologi komunis yang menyimpang: “jauhkan cinta sejauh-jauhnya. Apa yang kita butuhkan adalah kebencian. Hanya dengan kebencian kita akan berhasil menguasai dunia.”

Di dalam diri manusia juga ada jiwa binatang ternak, yang mengubah homo sapiens menjadi homo economicus. Bila jika ini mengatur orang-orang kaya, mereka akan menjadi makhluk yang rakus, bakhil, tidak peduli dengan penderitaan orang lain. Pada akhirnya, ia juga tidak peduli dengan penderitaannya sendiri. Pada orang-orang miskin, jiwa binatang ternak ini akan menjadikan mereka seperti kerbau yang ditusuk hidung. Demi sesuap nasi, mereka akan menjual kehormatannya, agamanya dan hati nuraninya. Kedua-duanya, kata Rumi akan menjadi bebek yang melambangkan “kerakusan, paruhnya selalu di tanah, mengeruk apa saja yang terbenam, entah basah atau kering, tenggorokannya tak pernah santai satu saat pun. Ia tidak mendengar firman Tuhan selain Makan dan Minumlah! Seperti penjarah yang merangsek rumah dan memenuhi kantongnya dengan cepat, ia memasukkan ke dalam kantongnya, baik dan buruk, permata atau kacang, tiada beda.” (matsnawi)

Namun, kebinatangan hanyalah satu sisi dari kepribadian manusia. Di samping insan bahimi, manusia binatang, ia juga menyimpan sifat-sifat ketuhanan; dan karena itu, ia sekaligus insan malakuti. Manusia mempunyai kaki yang berdiri kukuh di atas bumi dan kepala yang menjulang ke langit. Dalam diri manusia selalu terjadi pertarungan antara apa yang dilukiskan Robert Stevenson—Mr. Jekyll dan Mr. Hyde, antar insan bahimi dan insan malakuti.

Pada suatu hari , Nabi Saw, melihat anak-anak muda sedang bertanding mengangkat batu. Ia memuji mereka seraya berkata, “Manusia yang paling perkasa ialah yang sanggup mengendalikan dirinya.” Manusia paling kuat adalah Mr. Jekyll yang menaklukan Mr. Hyde.

Ramadhan datang untuk memenangkan isan malakuti. Nabi saw memberikan nasihat agar di bulan ini kita mengubah pola hubungan kebinatangan yang berdasarkan kebencian dan permusuhan dengan pola ketuhanan yang berdasarkan cinta dan silaturahmi. Ketimbang mengejar-ngejar kemenangan, yang selalu berakhir dengan kekalahan, daripada memburu keberuntungan yang selalu berujung pada kemalangan, mengapa tidak kita cari keadilan dan persaudaraan. Baik kepada rakyat kecil maupun para pembesar, Nabi berkata, “bersedekahlah kepada fakir miskin. Muliakanlah para pemimpin kamu dan kasih-sayangilah orang-orang kecil diantara kamu. Sambungkan persaudaraan kamu. Sayangilah anak-anak yatim orang lain supaya Tuhan menyayangi anak-anak yatim kamu.”
Marilah kita perindah akhlak kita di bulan Tuhan ini, bulan yang bermanfaat untuk merekonstruksi kehidupan kita dengan lebih baik.

Doa hari ke 5
“Ya Allah, jadikan kami di bulan ini termasuk mereka yang beristighfar kepada-Mu. Masukkan kami ke dalam kelompok yang saleh diantara hamba-hamba-Mu. Tuliskan kami di antara kelompok para kekasih yang dekat dengan-Mu. Demi kasih-Mu, Wahai Yang Maha Pengasih dari segala yang mengasihi.”

2 komentar: